Selasa, 18 Desember 2012

POTRET UJIAN DI KALANGAN PELAJAR

sendy_prasetya ujian….ujian dan ujian, satu kata yang sering menjadi momok bagi para pelajar. Ada yang setuju ada pula yang tidak setuju, pro dan kontra selalu terjadi diantara jajaran dewan pendidikan, selalu begitu dan terus begitu. Kenapa harus ada Ujian ? Kalimat yang selalu menjadi bahan perbincangan di kalangan pelajar.
Pelajar selalu berharap ditiadakannya Ujian karena bagi mereka Ujian adalah suatu hal yang menyiksa jiwa dan raga mereka. Yah…. tentu saja mereka berucap seperti itu karena mereka harus mengikuti berbagai pemadatan materi, mengurangi bermain bersama teman-teman mereka, belum lagi mereka juga harus mempersiapkan mental yang kuat untuk menghadapi Ujian.
Kelulusan tentu menjadi hal penting dan sangat diharapkan bagi kaum pelajar. Namun, tidak semua pelajar dapat menikmati kata lulus itu, meskipun mereka telah mengeluarkan segala daya dan upaya untuk mencapai kelulusan. Sampai-sampai para pelajar ada yang melakukan tindak kecurangan seperti membeli soal Ujian bahkan membeli kunci jawaban Ujian. Seberapa besarnya rupiah yang dikeluarkan, mereka tidak peduli yang terpenting mereka dapat meraih gelar lulus. Bahkan untuk mendapat semua itu, ada pula orang tua yang turut membantu tindak kecurangan itu. Apa yang melandasi perbuatan itu ? “Gengsi” ya kata gengsi ! Gengsi mungkin cukup pantas dilontarkan bagi mereka yang tentunya tidak ingin menanggung malu hanya karena putra putri tercintanya tidak mendapat predikat lulus. Inikah potret pendidikan di Indonesia ? yang hanya ingin mendapatkan gelar lulus tetapi harus melibatkan tindakan-tindakan curang ? Sungguh ironis !

Sekarang para pelajar tidak perlu khawatir dalam menghadapi UN karena Pemerintah dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)  telah siap dengan formula baru penilaian kelulusan siswa dari satuan pendidikan, seperti yang dijelaskan dalam media  Kompas. Untuk tahun ini UN ulangan ditiadakan, sedangkan untuk UN susulan dilaksanakan seminggu setelah pelaksanaan UN. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, dengan adanya formula baru yang mengevaluasi siswa secara komprehensif selama tiga tahun belajar, polemik UN yang muncul setiap tahun diharapkan bisa berhenti. Sedangkan Ketua BSNP Djemari Mardapi mengatakan, penilaian kelulusan antara UN dan hasil belajar di sekolah tidak lagi saling memveto, tetapi bisa saling membantu. Untuk itu, penilaian UN digabung dengan nilai dari sekolah. Kelulusan siswa dari sekolah dengan melihat nilai gabungan yang rencananya dipatok minimal 5,5.

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas Mansyur Ramli juga mengatakan, penilaian kelulusan siswa tidak lagi hasil potret evaluasi sesaat. Penilaian juga dilakukan selama proses belajar siswa di sekolah. Demikian perubahan yang terungkap dalam sosialisasi kebijakan UN tahun ajaran 2010/2011 yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di Jakarta, Kamis (17/12). Kegiatan tersebut selain untuk menyosialisasikan juga untuk meminta masukan soal perubahan UN dari dinas pendidikan kota/kabupaten dan perguruan tinggi. Hali ini dilakukan agar perubahan dalam pelaksanaan UN 2011 dapat diterima dengan baik.
Jadi, tentunya sebagai kaum pelajar seharusnya tidak perlu takut dalam menghadapi UN, karena UN adalah salah satu tes untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran siswa di sekolah. Selain itu juga untuk mengukur derajat pencapaian siswa dalam menerima ilmu di sekolah. Sebagai pelajar tentunya tugas utama adalah belajar. Oleh karena itu, untuk menghadapi UN seharusnya  sebagai pelajar harus lebih giat dalam belajar agar mendapat predikat lulus, tetapi tentunya berdoa kepada sang pencipta jangan dilewatkan. Karena berusaha tanpa berdoa, semua hasil yang didapat cenderung tidak akan maksimal.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.